Minggu, 10 Juni 1990 adalah hari kelahiranku di Desa
Rensing Kecamatan Sakra Barat Kabupaten Lombok Timur. Aku yang saat itu masih
belum mengenal kehidupan duniawi, Aku yang saat itu masih membutuhkan kasih
sayang kedua orang tuaku, dan aku yang saat itu belum bisa merasakan kasih
sayang kedua orang tuaku tak pernah berfikir ataupun membayangkan bahwa kelak
aku akan beranjak menjadi laki-laki dewasa yang tak mengenal sosok seorang
Ayah.
Saat umurku kurang lebih sekitar 3 tahun, aku melihat dengan
mata kepalaku sendiri pertikaian antara kedua orang tuaku yang mengakibatkan
ikatan hubungan mereka berdua terputus. Aku yang saat itu belum bisa memahami
apa yang disaksikan oleh mata
mungilku itu harus merekam pristiwa itu dalam ingatan yang sekarang menjadi kenangan pahit yang tak bisaku lupakan.
mungilku itu harus merekam pristiwa itu dalam ingatan yang sekarang menjadi kenangan pahit yang tak bisaku lupakan.
Seiring berjalannya waktu, aku mulai bisa memahami apa
yang terjadi diantara kedua orang tuaku dan betapa menyakitkan tatkala aku
mengingat kembali pristiwa itu. Aku hidup dengan Bundaku di sebuah gubuk kecil
milik nenekku (nenek dari ibuku) di Desa Rensing.
Aku yang mulai tumbuh dan mengenyam pendidikan dari Taman
Kanak-kanak hingga aku masuk Sekolah Dasar di Desaku. Mungkin aku saat itu
belum bisa mengerti kondisi ekonomi keluargaku karena karena yang aku inginkan
hanya untuk sekolah dan mengenyam pendidikan seperti teman-temanku.
Ibuku yang mungkin saat itu berfikir bahwa aku dan
Kakakku (Linda Lutfiana) semakin hari akan membutuhkan biaya yang tidak mampu
ia penuhi. Hal itu bagiku wajar karena Ibuku yang hanya tamatan Sekolah Dasar
itu yang tidak memiliki pekerjaan mana bisa memenuhi kebutuhan kedua anaknya.
Sampai akhirnya beliau memutuskan untuk pergi
meninggalkan kampung halamannya untuk mencari nafkah sebagai seorang TKI. Aku
dititipkan pada nenek dan Kakaku dititip di Paman dan Bibikku (2 orang yang
juga menjadi Orang Tuaku sampai saat ini). Ibuku tidak begitu saja menuaikan
hasil, beliau yang bertekad untuk menjadi TKI ke Luar Negeri (Tepatnya di
Taiwan) harus menjalani pelatihan dan kursus bahasa mandarin selama 2 tahun di
Jakarta.
Sempat ia putus asa selama di Jakarta tetapi berkat keinginan
dan tekad beliau yang kuat sehingga beliau berhasil menjadi TKI ke Negara
Taiwan.
Dari penghasilan beliaulah biaya hidup dan Sekolahku hingga aku dapat menyelesaikan kuliah D3ku di Akademi Manajemen Informatika Kompter Mataram.
I LOVE and I MISS YOU BUNDA....
Dari penghasilan beliaulah biaya hidup dan Sekolahku hingga aku dapat menyelesaikan kuliah D3ku di Akademi Manajemen Informatika Kompter Mataram.
I LOVE and I MISS YOU BUNDA....